Tepat diumurku yang ke 12 yaitu
meranjak duduk dibangku sekolah Lanjutan Pertama untuk pertama kalinya aku
memohon diri kepada kedua orang tuaku untuk mendapatkan restu bisa di
sekolahkan di Pesantren.
Aku yang lahir di kota rantau Papua
dimana tempat kedua orang tuaku bertugas bekerja, Aku berkeinginan sekali
melihat kampung halaman dimana tempat kedua orang tuaku dilahirkan, saat itu
nenek yang berkunjung liburan kerumah orang tuaku di Papua menjadi moment
penting untuk bisa bersama berangkat memohon izin sekalian untuk bisa
bersekolah di Pesantren di kampung dimana nenek saya berdomisili di
daerah Sulawesi.
Alhasil sampailah diriku dimana
kampung tempat kedua orang tuaku dilahirkan, dan untuk pertama kalinya inilah
moment dimana aku harus jauh dari orang tua serta kadik-adikku tercinta.
Awal berada disini, semua berjalan
seperti apa yang kuharapkan, aku bahagia bisa berkumpul bersama semua sanak
family yang ada di daerah ini, sebelum masuk menjadi siswa santri di Pesantren
aku menetap di rumah Paman yang sekaligus mengurus perpindahan aku dari sekolah
kelas 1 SMP Muhammadiyah selanjutnya masuk menjadi santri Pesantren Ihyaul Ulum
(Darud Da’wah Wal Irsyad) di desa Baruga Kab. Majene.
Awal berada di kampus Pesantren ini
ada kedamaian yang kurasakan semenjak menimbah Ilmu Agama disini, namun ada
sedikit kendala semenjak pertama aku masuk di sekolah ini, dimana santri-santri
disini wajib untuk bisa bercakap atau berbahasa Arab di lingkungan Pesantren
tersebut.
Sontak aku yang awalnya bersekolah di
sekolah Umum SMP kelas I, sedikit agak canggung karena tidak bias berbasa Arab
dan itu aku harus belajar mulai dari nol di Pesantren ini.
Masih teringat pertama kali aku masuk
dikelas dan disambut Bahasa Arab oleh Syekh Muhammad Ali Assayid dari Mesir,
memanggilku maju kedepan kelas untuk pertama kali mengenalkan diri kepadanya,
sedikit agak gemetaran bercampur aduk perasaan di dalam dada ini saat
berhadapan dengan guru Syekh tersebut, kalimat pertama yang ia ucapkan kepadaku
yaitu..Assaamu Alaikum adalah menanyakan namaku dengan Bahasa Arab...ما اسمك؟
(maas muka?) akupun diam seribu bahasa tidak mengerti bahasa tersebut...dengan
sedikit terenyum dan tertunduk malu akupun menolehkan pandanganku kepada
teman-teman yang lainnya yang duduk dibangku kelas serta mencoba menghiburku
sekaligus memberikan bantu arti pertanyaan dari syeikh tersebut.
Siapa Namamu ..ucap teman-teman
kepadaku..barulah aku bisa menyahut dengan suara yang halus dan memandang
syeikh tersebut dan mengucapkan namaku kepadanya..dengan sedikit pede kuucapkan namaku namun kupelankan suaraku..usai mendengar jawaban
singkatku..kembali syeikh itu melontarkan pertanyaan kedua kepadaku dengan
senyumnya yang sangat bersahaja... من أين أنت؟ Min aina anta? ya Allah...dalam
hatiku kembali berdegup kencang..sembari agak kebingungan mendengarkan
pertanyaan syeik tersebut..aku hanya bisa menjawab di dalam hatiku...mati
aku...apa yang harus aku jawab sementara aku ini adalah santri baru disini yang
tidak mengerti apa-apa dengan bahasa Arab ini.
Alhamdulillah walau sedikit merasakan
ketegangan rupanya Syeikh ini juga tidak seperti yang aku banyangkan, dia
adalah seorang penyanyang dan murah senyum..mungkin ia mengerti aku santri yang
baru disini, ia hanya mencoba menguji aku dengan bahasanya agar aku bisa
mau belajar lebih giat lagi untuk bisa belajar bahasa Arab dan mendalami ilmu
agama disini.
Dengan pertanyaan tersebut, aku
kembali dibantu teman-teman yang lain untuk mengartikan pertanyaan tersebut
yaitu ia menanyakan darimana asalmu, dan akupun menjawab Jayapura-Irian Jaya,
Syeikh inipun yang juga belum fasih betul ber bahasa Indonesia agak
tersentak setelah mengetahui bahwa mendengar nama Jayapura-Irian Jaya, barulah
para santri yang lainnya menjelaskan bahwa itu adalah nama kota yang terletak di
ujung Indonesia timur dan aku adalah santri yang baru beberapa hari berada di
kampus Pesantren ini, barulah dia sedikit mengerti sembari dia pun memberikan
senyumnya kepadaku dan mengucapkan Ahlan Wa Sahlan..selamat datang kepadaku.
Namun dalam hal ini aku tidak ingin
bercerita bagaimana proses aku menuntut ilmu di sekolah ini, serta menjadi
saksi bahwa aku pernah merasakan mengenyam ilmu agama di Pesntren yang aku
cintai tersebut.
Alhasil setengah semester berjalam aku
mengalami kejadian yang cukup hebat saat itu, dari para kiyai dan ustadz yang
mengajarkanku ilmu agama disini banyak kisah serta pengalaman yang membuatku
penasaran ingin menjadi orang yang alim dan berguna seperti para guruku di
Pesantren ini.
Suatu hari tiap malam Jum’at Syeikh kami
Muhammad Ali Assyaid sudah menjadi kebiasaan berceramah dihadapan para
santri dan para jamaah lainnya di sekitar daerah tersebut yang sengaja datang
mendengarkan tauziah beliau pada tiap malam Jum’at sesudah sholat Fardhu Isya
berjamaah di masjid Pesantren kami.
Dalam kesempatan tersebut Syeikh kami
bercerita mengenai sebuah kisahnya bermimpi bertemu Rasulullah..ada kekaguman
bagi diri saya pribadi mendengarkan ceritanya tersebut melalui penerjemah
bahasa beliau yang sudah ditugaskan pada hari itu, tidak sampai disitu saja,
menjelang beberapa minggu kemudian ada guru kami Pak Ustadz yang aku sudah lupa
namanya mengajarkan kami ilmu Fiqih di kelas II Tsanawayah pada waktu itu,
kembali ia juga menceritakan kisah mimpinya semalam bahwa ia berada di kerumanan
Majlis Ta’lim dan mendengarkan diumumkan oleh seseorang bahwa di tengah-tengah
kerumunan tersebut hadir baginda Rasulullah SAW.
Betapa sumringahnya wajah guru ustadz
kami tersebut menceritakan mimpinya semalam tersebut, kami muridnya yang
menyimak cerita tersebut merasa ikut bahagia merasakan apa yang dirasa Ustadz
kami, itu baru namanya loh yang ia dengarkan, begitu bahagianya beliau dan akan
menjadi cerita lain abila benar-benar semalam dalam mimpinya ia melihat wajah
langsung Rasulullah tentunya akan menjadi kegembiraan tersendiri yang dirasakan
oleh guru ustadz kami tersebut.
Hari berganti hari, bulan berganti
bulan akhirnya sudah setengah semester aku berada di sekolah Pesantren ini,
dengan sedikit penasaran aku yang masih polos dan duduk di kelas II Tsanawiyah
tersebut, bertanya-tanya didalam hati, dari semua cerita yang pernah aku simak
seseorang Muslim akan sangat bahagia bila bisa bermimpi bertemu
Rasulullah, mungkin tidak ada salahnya bila aku memohon kepada Allah
semoga diberi kesempatan untuk berjumpa kepada junjungan kami yang sangat mulia
yaitu Baginda Rasulullah SAW.
Berbekal ilmu yang kupelajari sedikit
demi sedikit, suatu hari aku menemukan buku serta mencoba untuk mempelajarinya,
entah mengapa didalam buku doa tersebut ada yang menjadi sedikit perhatianku
sejenak bahwa ada sebuah judul tertulis Doa agar bias berjumpa Rasullullah.
Nah inilah yang ingin kucoba pelajari,
semoga apa yang menjadi niatku yang sungguh-sungguh semoga Allah bisa menjabah
doaku harapku pada waktu itu, karena aku tidak terlalu lancer menghapal doa
langsung melalui huruf Arab, maka aku mencoba menuliskan lafadz-lafadz tersebut
dengan menggunakan hurup latin sesuai apa yang menjadi bunyi dari doa tersebut.
Alhamdulillah tidak terasa dalam tiga
hari aku bisa langsung menghafal dengan fasih doa tersebut, ditiap sholat fardu
ku aku mencoba membaca berdzikir dan membacakan doa tersebut sebanyak 100x
setiap usai sholatku.
Awalnya cukup berat juga membaca
doa ini yag sedikit agak panjang membuat aku sedikit menyta waktuku untuk
berlama-lamaan duduk berdzikir didalam masjid tiap usai sholat fardhu.
Namun aku yakin inilah perjuanganku
untuk tidak mengenal menyerah semoga Allah mengaetahui hati hamba apa yang
betul-betul aku harapkan pada waktu.
Sebulan berjalan belum ada tanda-tanda
bahwa aku bisa bermimpi indah bertemu dengan sang pujaan hati dalam tiap
tidurku tersebut, hingga tidak terasa entah dari mana awalnya pada suatu malam
disaat para teman-teman santriku lelap tertidur, aku mencoba bangun ditiap
malamnya untuk melakukan ibadah sunnah yaitu sholat Lail pada jam 1 atau 2
malam.
Sebenarnya sudah menjadi kebiasaan
santri disini dianjurkan Sholat sunnat malam tiap harinya namun kebanyakan
mereka melaksanakannya di masjid sebelum memasukiwaktu ba’da sholat fardhu
Subuh.
Sudah menjadi kebiasaanku di kampus,
aku ingin melaksanakan sholat lail ini lebih cepat dari rekan-rekanku yang
lain, sholat ini kulakukan di dalam kamarku yang mana ditiap kamar kami ini
terdiri dari empat orang santri yang tidur memakai ranjang bertingkat.
Tatkala semua sahabat-sahabatku tidur
dengan pulasnya, aku terbiasa bangun lebih dahulu mendahului mereka dan juga
pengawas kampus yang terdiri dari 2 orang ustadz kami, yang kebetulah kamarnya
bersebelahan dengar kamar kami, bila sudah malam sepi begini suasana di kampus
kami cukup sunyi dan sedikit merinding apabila keruang belakang halaman kampus
yang terbilang cukup memicu adrenalin, aku sadar umur seusia kami waktu itu
belum sama dengan orang-orang dewasa, mereka tentun tidak takut dengan cerita-cerita
tahayul yang sering iseng menggoda manusia, baru dengar sedikit cerita seram
tentunya kami sedikit agak ragu keruang belakang kampus tempat CMK umum yang
bersebelahan dengan sungai diperkampungan dimana tempat kami mandi serta
bersuci untuk berwudhu.
Namun dengan berbesar hati dan karena
Lillahi Taala walau sedikit gemetaran aku akhirnya sudah terbiasa keruang
belakang walaupun dengan sendiri ke tempat penampungan bak air umum dibelakang
kampus kami untuk mengambil air wudhu.
Usai berwudhu aku lanjutkan Sholat
lail yang sudah terbiasa aku lakukan diatas tempat tidurku di tingkat kedua
dengan menghamparkan sujadah diatas kasur kami agar tetap terjaga
kebersihannya.
Sholat demikianpun harus aku lakukan
dengan perasaan, karena sedikit saja gerakan sholat seperti sujud atapun duduk
tahiyat maka otomatis suara tempat tidur saya dan sahabatku dibawah akan
berbunyi kreek..aku harus berusaha agar sahabatku di tingtat bawah aku
tidak terganggu dengan gerakan sholat yang aku lakukan diatas tempat tidurku.
Usai sholat Lail sudah menjadi
kebiasaan aku luangkan waktuku untu berdzikir dan berdoa termasuk berdoa
memohon agar aku bisa bermimpi berjumpa baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Suatu ketika entah antara sadar dan
setengah mengantuk, usai sholat Tahajud di pertengahan malam , karena mungkin
kelelahan dalam berdzikir aku rebahkan tubuhku untuk pejamkan mata sejenak
menunggu waktu subuh tiba, kala itu seperti setegah tidur dan badanku secara
spontan tidak bisa kugerakkan sama sekali.
Mata ini sepertinya masih bisa melihat
di sekeliing kamarku..saat itu pandanganku tertuju di jendela kamar
ruangan,seperti ada angin dari luar yang meniup jendela kamar kami sehingga
jendela itu terbuka dengan sendirinya, dibalik jendela terlihat olehku ada
hujan rintik disertai angin kencang yang meniup jendela hingga bergoyang
masuk keruang kamar tidur kami, ingin rasanya aku menuju ke jendela itu untuk
menutupnya namun sekali lagi terasa badanku tidak bisa kugerakkan, sementara
kuarahkan mataku kepada tempat tidur sahabatku yang ada disebelahku mereka
dengan santainyaa tidur tanpa merasakan angin dan badai petir yang sesekali
cahanya masuk kedalam ruangan kamar kami, sebelum aku sadar dari
tidurku..terakhir aku melihat sebuah kilat petir dari awan yang hitam pekat
diluar sana, masuk lewat jendela kamar kami dengan bertuliskan lafadz Muhammad,
betapa terkejutnya aku melihat cahaya tersebut, namun setelah kejadian tersebut
entah mengapa tiba-tiba aku sadarkan diri dan bisa bergerak dari tempat
tidurku, ohh rupanya aku hanya bermimpi kuarahkan pandanganku ke jendela tadi
rupanya tidak ada apa-apa, jendela itu tertutup dengan rapat, sedikit merasa
merinding mengalami kejadian tadi namun aku merasakan bahagia karena walau
dalam mimpi tadi terlihat suasana mencekam, namun rupanya aku masih bisa
melihat lafadz Muhammad dari awan menuju diriku melalui jendela kamar tidur
kami, aku hanya bisa beristigfar..dan mataku menerawang menatap awang-awang
serta memikirkan apa arti dari tabir mimpiku tadi tersebut.
Tidak berapa lama berselang..tiba-tiba
aku dikagetkan suara piring yang di ketok serta pintu kamar kami digedor-gedor
oleh pengawas penjaga kampus untuk untuk membangunkan santri untuk
bersiap-siap ke Masjid untukmelaksanakan sholat lail sekaligus
menjalankan sholat fardhu subuh secara berjamaah.
Alhamdulillah suasana kembali ramai
setelah semua para santri bangun untuk menjalankan aktifitas kami sehari-hari
walau waktu masih subuh menunjukkan pukul 3.30 waktu dikampus ini,
sejenak rasa merinding itu hilang tak ada lagi rasa takut yang kurasakan, namun
sekali lagi aku hanya terus terngiang dengan kejadian yang barusah tadi, terima
kasih Ya Allah engkau memberikan mimpiku indah malam ini, walau sedikit
terasa sesak karena akibat ketindisan tidur tadi, namun aku bahagia bisa
melihat lafadz bertuliskan Muhammad dalam tidurku malam ini.
Rutinitas kami sebagai santri telah
aku jalani sepenuhnya, bukan hanya ibadah namun pendidikan non formalpun wajib
kami pelajari di kelas sekolah, hingga tak terasa hampir satu semester sudah
aku berada di lingkungan kampus santri ini.
Seperti biasa kami diperbolehkan
pulang berlibur kerumah tiap hari kamis usai proses belajar dalam 2 minggu
sekali, sebagai sekolah Islam kami diliburkan pada tiap hari Jum’at jadi kami
mempunyai kesempatan untuk berkumpul bersama sanak keluarga dalam sebulan 2
kali.
Ada suasana suka bila ada kesempatan
berlibur tiba, berbekal tas punggung dan beberapa helai pakaian, aku dan
sahabat lainnya yang mendapat jatah libur biasanya pulang barengan, sambil
menunggu dokar delman yang di daerah setempat disebut Bendi, kami memakai jasa
kendaraan tersebut meninggalkan kampus kami menuju pasar kota dan disitu kami
turun melanjutkan perjalanan ke rumah sanak keluarga dengan menggunakan angkot
mobil.
Mempunyai waktu hanya sehari kami
gunakan waktu singkat itu untuk bisa bercengkrama bersama keluarga, walau hanya
berkumpul bersama paman dan nenek tercinta, namun aku merasakan kasih saying
yang sangat dari mereka, sejujurnya ingin sekali berkumpul bersama orang tua
kandungku beserta adik-adikku yang kusanyangi, namun apa daya mereka semua jauh
berada di kota Papua yang masa itu masih disebut dengan nama Irian Jaya.
Suatu waktu dirumah paman, aku
mendapatkan anugerah yang terindah dari Allah SWT, seperti biasa di jum’at
malam pada waktu itu, aku berbaring di sebuah kamar yang biasa disiapkan
pamanku bila aku pulang berlibur, tepat di sepertiga malam aku terbangun dan
mengambil wudhu untuk menjalankan ibadah sholat sunnait lail yang sudah menjadi
kebiasaanku pada waktu itu.
Beralaskan Sujadah walau sedikit masih
merasakan khantuk aku berusaha dengan khusuk untuk menjalankan sholat tahajud
malam itu, hingga duduk ditkhaiyat akhir usai mengucapkan salam, aku
melanjutkan berdzikir serta memanjatkan do’a kepada Allah untuk bisa berjumpa
melihat wajah Rasulku walau lewat mimpi. Hingga doa kupanjatkan dengan 100 x
hitungan bilangan tasbih, entah mengapa aku seperti tak kuasa lagi menahan
kantukku sehingga tidak sadar aku sujud dan membujurkan tubuhku hingga aku
tertidur karena tak tahan lagi menguasai diriku
Dengan lelap serta dikeheningan malam
itu, aku percaya bahwa Allah menciptkan kuasanya untuk membuatku ngantuk hingga
tertidur diatas sujadah yang ku tempati tadi, dalam tidurku Aku melihat diriku
berada di rumah kediamanku di kota Jayapura, aku seperti kembali bersama
keluargaku di rumah bersama orang tua dan adik-adikku.
Dalam mimpi tersebut kali ini
suasananya berbeda, di rumah tempat aku dilahirkan tersebut sudah menjadi
kebiasaanku waktu itu walau aku masih berumur masih duduk dibangku SD kelas 5,
namun aku sudah terbiasa bangun subuh untuk menjalankan sholat Berjamaah di
Masjid yang berjarak sekitar 30 meter dari rumahku.
Sang Ibu biasa mengkuatirkan diriku
pada waktu itu, masih teringat pesanya ia berkata bahwa hati-hati ya nak, kamu
masih kecil nanti kenapa-kenapa dijalan ada penculik atau orang mabuk, ibu
kuatirkan kamu ada apa-apa bila jalan pergi ke Masjid sendirian.
Aku terkadang hanya tersenyum
mendengar nasehat ibu, dengan sikap polos aku pernah mengajukan permohonan
kepada ibuku, bu bisakah engkau membelikanku senter kecil, memang kenapa nak
dengan senter jawab ibuku agak keheranan, tidak bu biasa diperempatan jalan itu
aku merasa merinding jalan sendirian bila ke Masjid pada subuh hari, apalagi
pulang sholat Isya aku biasa berlari melewat tempat itu karena disitu gelapnya
minta ampun, ungkapku kepada ibuku.
Ibu hanya tersenyum, usai
menyampaiakan hajatku itu rupanya ibu karena sangking cintanya kepadaku pada
sore harinya sebelum memasuki ba’da magrib sebelum aku berangkat ke Masjid dia
sudah menghadiahi aku sebuah senter kecil yang sejak dari itu sudah menjadi
teman perjalananku bila ingin menuju atau pulang dari Masjid.
Kembali kekisah mimpiku tadi bahwa
didalam mimpi tersebut, aku melihat diriku pulang dari Masjid usai sholat subuh
dan memandangi bukit yang berada di depan rumahku.
Lama aku memandangi bukit itu, entah
mengapa dalam diamku tubuh ini seakan tidak bisa kugerakkan dan hanya bisa bisu
berdiri memandangi bukit tersebut.
Dalam pandangan kosong tersebut
tiba-tiba aku melihat ada tiga sosok muncul keluar dari awan berwarna biru
bersih tepatnya diatas bukit yang kubandangi tersebut.
Tiga sosok itu berhenti diatas bukit
tersebut, namun tubuhnya sangat jelas kulihat seperti berada tepat berada di
depan mataku.
Ketiga sosok tersebut berdiri
ditengah-tengah seorang rupawan yang begitu bersahaja, tubuh yang tegap serta
rupa yang putih bersih dengan wajah yang bercahaya ia mengenakan jubah putih,
ia tampak tersenyum dan ia menolehkan wajahnya ke kanan dan kekiri
memandangai wajah dua sosok yang mengawalnya dari langit, dari dua sosok
tersebut tampak olehku mengenakan sayap dengan warna sedikit agak keabu-aban
bercampur cahaya putih.
Dari pandangan sosok yang berjubah
putih tadi menolehkan arahnya kekanan dan menanyakan kepada sosok yang mahluk
yang menyerupai manusia bersayap tadi.
Masih terngiang ucapan sang wajah
rupawan serta wajah yang bercahaya tersebut tersenyum sambil menunjukkan
telunjukknya kearahku dengan ucapan..”Apakah dia yang disebut Hamba
ALLAH..” usai mengucapkan itu lalu terlihat olehku kedua mahluk yang
mengapit orang yang ditengah tersebut menganggukkan wajahnya seakan
mengisyarakatkan bahwa sungguh benar apa yang diucapkan sosok wajah yang
bercahaya yang ditengah tersebut.
Usai mengucapkan kata tersebut, lalu
kumelihat ketiga sosok tersebut, naik kembali keatas langit, mengecil dan
akhirnya hilang di telan oleh awan biru oleh pandanganku.
Dalam mimpi tersebut aku berusaha
bergerak untuk bisa berjalan karena terasa semua badanku ini seperti tak mampu
kugerakkan, belum lagi itu bisa kulakukan tiba-tiba muncul sebua kakek tua
laki-laki tua renta dengan setengah berpakaian putih seperti pakaian ihram,
lalu menegurku dan mencoba berbincang denganku.
Masih kuingat ucapanya kepadaku ia
berkata...Hai nak taukah kamu siapa yang kamu baru lihat tadi diatas langit
itu...Ia adalah junjunganmu baginda besar Muhammad SAW.
Belum lagi sempat kubalas ucapannya,
tiba-tiba sosok kakek tua itu hilang dari pandanganku dan akhirnya bisa
kugerakkan tubuhku dan merasa bingung apa yang baru saja kualami tadi.
Sebelum aku sadar terbangun dari
tidurku, dari balik tabir kumendengar sebuah panggilan azan yang begitu
merdu mengalun ditelingaku... kalimat Allahu Akbar..Allahu Akbar itu seakan
mengagetkanku sekaligus membangunkan aku dari tidurku yang ternyata sedari tadi
aku terbujur diatas sujadah yang kutempati Sholat Tahajud.
Dan akhirnya akupun sadar terbangun
dari tidurku...Subhanallah..belum sampai disitu disaat mata ini kubuka
aku disambut dengan Suara Azan dari seorang Muadzin dari Masjid yaitu
sekitar berjarak 50 meter dari rumah paman, dengan demikian aku terbangun tepat
menunjukkan waktu Sholat subuh telah tiba.
Aku bersegarakan diriku untuk bagun
dari sajadahku...yang kujadikan alas dari tidurku, dan keluar rumah menuju
Masjid yang tidak jauh dari rumah pamanku....serasa tubuh ini terasa ringan,
angin subuh yang menusuk kedalam sukma terasa menjadi kekuatan dalam hidupku,
untuk selalu bersyukur apa yang barusan saja tadi Allah perlihatkanku dari
mimpi tersebut.
Sambil berjalan menuju ke Masjid
kupandangi awan disubuh itu serasa bintang-bintang memenuhi langit menyinari
jalan yang kulewati menemani langkahku menuju Masjid.
Sesampaiku di Masjid kuberwudhu dengan
air yang begitu lembut kurasakan masuk kepori-pori kulitku, Ya Allah begitu besar
rahmat dan kasih sayangMu yang engkau berikan kepada hamba, Engkau telah
mengabulkan apa yang menjadi permohonan hamba selama ini, dan di masjid ini
sebagai tempatku bersujud saat ini, izinkan hamba untuk selalu bersujud dengan
linangan air mata hamba dengan penuh kesyukuran karena Engkau mempertemukanku
dengan Junjunganku Rasulullah Muhammad SAW, lewat hidayah mimpi yang
engkau berikan pada hamba.
Ya Allah sesungguhnya kami ini hanya
seorang manusia lemah yang mengharapkan ridho dan kasih sayangMu, tiada daya
dan upaya selain kekuasaanMu ya Allah,
“Ya Allah! Aku mengharapkan rahmatMu,
oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan
atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Engkau.”
Ya Allah sumber pancaran nur, Ya Allah
Tuhan yang mengatur semua perkara, semoga Engkau sampaikan daripadaku salam dan
tahiyat kepada Ruh Nabi Muhammad SAW. dan ruh keluarga Nabi Muhammad SAW.
“Ya Allah, Anugerahkan kepadaku jiwa yang
takwa dan bersih, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang membersihkan jiwa dan
Engkaulah yang membimbingnya.
“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu
segala kebaikan yang dimohon oleh nabi-Mu, Muhammad. Kami berlindung kepada-Mu
dari segala keburukan yang nabi-Mu, Muhammad, memohon perlindungan darinya.
Engkaulah yang Maha Menolong, bagi-Mu sampainya (harapan). Tiada daya dan upaya
kecuali dengan pertolongan Allah.
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala
puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun
dan bertaubat kepada-Mu.”.
Majene,
1991