Selasa, 06 Januari 2015

Kisahku Dikota Santri



Tepat diumurku yang ke 12 yaitu meranjak duduk dibangku sekolah Lanjutan Pertama untuk pertama kalinya aku memohon diri kepada kedua orang tuaku untuk mendapatkan restu bisa di sekolahkan di Pesantren.
Aku yang lahir di kota rantau Papua dimana tempat kedua orang tuaku bertugas bekerja, Aku berkeinginan sekali melihat kampung halaman dimana tempat kedua orang tuaku dilahirkan, saat itu nenek yang berkunjung liburan kerumah orang tuaku di Papua menjadi moment penting untuk bisa bersama berangkat memohon izin sekalian untuk bisa bersekolah di Pesantren di kampung  dimana nenek saya berdomisili di daerah Sulawesi.
Alhasil sampailah diriku dimana kampung tempat kedua orang tuaku dilahirkan, dan untuk pertama kalinya inilah moment dimana  aku harus jauh dari orang tua serta kadik-adikku tercinta.

Awal berada disini, semua berjalan seperti apa yang kuharapkan, aku bahagia bisa berkumpul bersama semua sanak family yang ada di daerah ini, sebelum masuk menjadi siswa santri di Pesantren aku menetap di rumah Paman yang sekaligus mengurus perpindahan aku dari sekolah kelas 1 SMP Muhammadiyah selanjutnya masuk menjadi santri Pesantren Ihyaul Ulum (Darud Da’wah Wal Irsyad) di desa Baruga Kab. Majene.
Awal berada di kampus Pesantren ini ada kedamaian yang kurasakan semenjak menimbah Ilmu Agama disini, namun ada sedikit kendala semenjak pertama aku masuk di sekolah ini, dimana santri-santri disini wajib untuk bisa bercakap atau berbahasa Arab di lingkungan Pesantren tersebut.

Sontak aku yang awalnya bersekolah di sekolah Umum SMP kelas I, sedikit agak canggung karena tidak bias berbasa Arab dan itu aku harus belajar mulai dari nol di Pesantren ini.
Masih teringat pertama kali aku masuk dikelas dan disambut Bahasa Arab oleh Syekh Muhammad Ali Assayid dari Mesir, memanggilku maju kedepan kelas untuk pertama kali mengenalkan diri kepadanya, sedikit agak gemetaran bercampur aduk perasaan di dalam dada ini saat berhadapan dengan guru Syekh tersebut, kalimat pertama yang ia ucapkan kepadaku yaitu..Assaamu Alaikum adalah menanyakan namaku dengan Bahasa Arab...ما اسمك؟ (maas muka?) akupun diam seribu bahasa tidak mengerti bahasa tersebut...dengan sedikit terenyum dan tertunduk malu akupun menolehkan pandanganku kepada teman-teman yang lainnya yang duduk dibangku kelas serta mencoba menghiburku sekaligus memberikan bantu arti pertanyaan dari syeikh tersebut.
Siapa Namamu ..ucap teman-teman kepadaku..barulah aku bisa menyahut dengan suara yang halus dan memandang syeikh tersebut dan mengucapkan namaku kepadanya..dengan sedikit pede kuucapkan namaku namun kupelankan suaraku..usai mendengar jawaban singkatku..kembali syeikh itu melontarkan pertanyaan kedua kepadaku dengan senyumnya yang sangat bersahaja... من أين أنت؟ Min aina anta? ya Allah...dalam hatiku kembali berdegup kencang..sembari agak kebingungan mendengarkan pertanyaan syeik tersebut..aku hanya bisa menjawab di dalam hatiku...mati aku...apa yang harus aku jawab sementara aku ini adalah santri baru disini yang tidak mengerti apa-apa dengan bahasa Arab ini.

Alhamdulillah walau sedikit merasakan ketegangan rupanya Syeikh ini juga tidak seperti yang aku banyangkan, dia adalah seorang penyanyang dan murah senyum..mungkin ia mengerti aku santri yang baru disini,  ia hanya mencoba menguji aku dengan bahasanya agar aku bisa mau belajar lebih giat lagi untuk bisa belajar bahasa Arab dan mendalami ilmu agama disini.

Dengan pertanyaan tersebut, aku kembali dibantu teman-teman yang lain untuk mengartikan pertanyaan tersebut yaitu ia menanyakan darimana asalmu, dan akupun menjawab Jayapura-Irian Jaya,  Syeikh inipun yang juga belum fasih betul ber bahasa Indonesia agak tersentak setelah mengetahui bahwa mendengar nama Jayapura-Irian Jaya, barulah para santri yang lainnya menjelaskan bahwa itu adalah nama kota yang terletak di ujung Indonesia timur dan aku adalah santri yang baru beberapa hari berada di kampus Pesantren ini, barulah dia sedikit mengerti sembari dia pun memberikan senyumnya kepadaku dan mengucapkan Ahlan Wa Sahlan..selamat datang kepadaku.

Namun dalam hal ini aku tidak ingin bercerita bagaimana proses aku menuntut ilmu di sekolah ini, serta menjadi saksi bahwa aku pernah merasakan mengenyam ilmu agama di Pesntren yang aku cintai tersebut.
Alhasil setengah semester berjalam aku mengalami kejadian yang cukup hebat saat itu, dari para kiyai dan ustadz yang mengajarkanku ilmu agama disini banyak kisah serta pengalaman yang membuatku penasaran ingin menjadi orang yang alim dan berguna seperti para guruku di Pesantren ini.

Suatu hari tiap malam Jum’at Syeikh kami Muhammad Ali Assyaid sudah menjadi kebiasaan berceramah dihadapan  para santri dan para jamaah lainnya di sekitar daerah tersebut yang sengaja datang mendengarkan tauziah beliau pada tiap malam Jum’at sesudah sholat Fardhu Isya berjamaah di masjid Pesantren kami.

Dalam kesempatan tersebut Syeikh kami bercerita mengenai sebuah kisahnya bermimpi bertemu Rasulullah..ada kekaguman bagi diri saya pribadi mendengarkan ceritanya tersebut melalui penerjemah bahasa beliau yang sudah ditugaskan pada hari itu, tidak sampai disitu saja, menjelang beberapa minggu kemudian ada guru kami Pak Ustadz yang aku sudah lupa namanya mengajarkan kami ilmu Fiqih di kelas II Tsanawayah pada waktu itu, kembali ia juga menceritakan kisah mimpinya semalam bahwa ia berada di kerumanan Majlis Ta’lim dan mendengarkan diumumkan oleh seseorang bahwa di tengah-tengah kerumunan tersebut hadir baginda Rasulullah SAW.

Betapa sumringahnya wajah guru ustadz kami tersebut menceritakan mimpinya semalam tersebut, kami muridnya yang menyimak cerita tersebut merasa ikut bahagia merasakan apa yang dirasa Ustadz kami, itu baru namanya loh yang ia dengarkan, begitu bahagianya beliau dan akan menjadi cerita lain abila benar-benar semalam dalam mimpinya ia melihat wajah langsung Rasulullah tentunya akan menjadi kegembiraan tersendiri yang dirasakan oleh guru ustadz kami tersebut.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan akhirnya sudah setengah semester aku berada di sekolah Pesantren ini, dengan sedikit penasaran aku yang masih polos dan duduk di kelas II Tsanawiyah tersebut, bertanya-tanya didalam hati, dari semua cerita yang pernah aku simak seseorang Muslim akan sangat bahagia bila bisa bermimpi bertemu Rasulullah,  mungkin tidak ada salahnya bila aku memohon kepada Allah semoga diberi kesempatan untuk berjumpa kepada junjungan kami yang sangat mulia yaitu Baginda Rasulullah SAW.
Berbekal ilmu yang kupelajari sedikit demi sedikit, suatu hari aku menemukan buku serta mencoba untuk mempelajarinya, entah mengapa didalam buku doa tersebut ada yang menjadi sedikit perhatianku sejenak bahwa ada sebuah judul tertulis Doa agar bias berjumpa Rasullullah.
Nah inilah yang ingin kucoba pelajari, semoga apa yang menjadi niatku yang sungguh-sungguh semoga Allah bisa menjabah doaku harapku pada waktu itu, karena aku tidak terlalu lancer menghapal doa langsung melalui huruf Arab, maka aku mencoba menuliskan lafadz-lafadz tersebut dengan menggunakan hurup latin sesuai apa yang menjadi bunyi dari doa tersebut.

Alhamdulillah tidak terasa dalam tiga hari aku bisa langsung menghafal dengan fasih doa tersebut, ditiap sholat fardu ku aku mencoba membaca berdzikir dan membacakan doa tersebut sebanyak 100x setiap usai sholatku.
Awalnya  cukup berat juga membaca doa ini yag sedikit agak panjang membuat aku sedikit menyta waktuku untuk berlama-lamaan duduk berdzikir didalam masjid tiap usai sholat fardhu.
Namun aku yakin inilah perjuanganku untuk tidak mengenal menyerah semoga Allah mengaetahui hati hamba apa yang betul-betul aku harapkan pada waktu.
Sebulan berjalan belum ada tanda-tanda bahwa aku bisa bermimpi indah bertemu dengan sang pujaan hati dalam tiap tidurku tersebut, hingga tidak terasa entah dari mana awalnya pada suatu malam disaat para teman-teman santriku lelap tertidur, aku mencoba bangun ditiap malamnya untuk melakukan ibadah sunnah yaitu sholat Lail pada jam 1 atau 2 malam.

Sebenarnya sudah menjadi kebiasaan santri disini dianjurkan Sholat sunnat malam tiap harinya namun kebanyakan mereka melaksanakannya di masjid sebelum memasukiwaktu ba’da sholat fardhu Subuh.
Sudah menjadi kebiasaanku di kampus, aku ingin melaksanakan sholat lail ini lebih cepat dari rekan-rekanku yang lain, sholat ini kulakukan di dalam kamarku yang mana ditiap kamar kami ini terdiri dari empat orang santri yang tidur memakai ranjang bertingkat.
Tatkala semua sahabat-sahabatku tidur dengan pulasnya, aku terbiasa bangun lebih dahulu mendahului mereka dan juga pengawas kampus yang terdiri dari 2 orang ustadz kami, yang kebetulah kamarnya bersebelahan dengar kamar kami, bila sudah malam sepi begini suasana di kampus kami cukup sunyi dan sedikit merinding apabila keruang belakang halaman kampus yang terbilang cukup memicu adrenalin, aku sadar umur seusia kami waktu itu belum sama dengan orang-orang dewasa, mereka tentun tidak takut dengan cerita-cerita tahayul yang sering iseng menggoda manusia, baru dengar sedikit cerita seram tentunya kami sedikit agak ragu keruang belakang kampus tempat CMK umum yang bersebelahan dengan sungai diperkampungan dimana tempat kami mandi serta bersuci untuk berwudhu.

Namun dengan berbesar hati dan karena Lillahi Taala walau sedikit gemetaran aku akhirnya sudah terbiasa keruang belakang walaupun dengan sendiri ke tempat penampungan bak air umum dibelakang kampus kami untuk mengambil air wudhu.
Usai berwudhu aku lanjutkan Sholat lail yang sudah terbiasa aku lakukan diatas tempat tidurku di tingkat kedua dengan menghamparkan sujadah diatas kasur kami agar tetap terjaga kebersihannya.
Sholat demikianpun harus aku lakukan dengan perasaan, karena sedikit saja gerakan sholat seperti sujud atapun duduk tahiyat maka otomatis suara tempat tidur saya dan sahabatku dibawah akan berbunyi  kreek..aku harus berusaha agar sahabatku di tingtat bawah aku tidak terganggu dengan gerakan sholat yang aku lakukan diatas tempat tidurku.
Usai sholat Lail sudah menjadi kebiasaan aku luangkan waktuku untu berdzikir dan berdoa termasuk berdoa memohon agar aku bisa bermimpi berjumpa baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Suatu ketika entah antara sadar dan setengah mengantuk, usai sholat Tahajud di pertengahan malam , karena mungkin kelelahan dalam berdzikir aku rebahkan tubuhku untuk pejamkan mata sejenak menunggu waktu subuh tiba, kala itu seperti setegah tidur dan badanku secara spontan tidak bisa kugerakkan sama sekali.
Mata ini sepertinya masih bisa melihat di sekeliing kamarku..saat itu pandanganku tertuju di jendela kamar ruangan,seperti ada angin dari luar yang meniup jendela kamar kami sehingga jendela itu terbuka dengan sendirinya, dibalik jendela terlihat olehku ada hujan rintik disertai angin kencang yang meniup  jendela hingga bergoyang masuk keruang kamar tidur kami, ingin rasanya aku menuju ke jendela itu untuk menutupnya namun sekali lagi terasa badanku tidak bisa kugerakkan, sementara kuarahkan mataku kepada tempat tidur sahabatku yang ada disebelahku mereka dengan santainyaa tidur tanpa merasakan angin dan badai petir yang sesekali cahanya masuk kedalam ruangan kamar kami, sebelum aku sadar dari tidurku..terakhir aku melihat sebuah kilat petir dari awan yang hitam pekat diluar sana, masuk lewat jendela kamar kami dengan bertuliskan lafadz Muhammad, betapa terkejutnya aku melihat cahaya tersebut, namun setelah kejadian tersebut entah mengapa tiba-tiba aku sadarkan diri dan bisa bergerak dari tempat tidurku, ohh rupanya aku hanya bermimpi kuarahkan pandanganku ke jendela tadi rupanya tidak ada apa-apa, jendela itu tertutup dengan rapat, sedikit merasa merinding mengalami kejadian tadi namun aku merasakan bahagia karena walau dalam mimpi tadi terlihat suasana mencekam, namun rupanya aku masih bisa melihat lafadz Muhammad dari awan menuju diriku melalui jendela kamar tidur kami, aku hanya bisa beristigfar..dan mataku menerawang menatap awang-awang serta memikirkan apa arti dari tabir mimpiku tadi tersebut.

Tidak berapa lama berselang..tiba-tiba aku dikagetkan suara piring yang di ketok serta pintu kamar kami digedor-gedor oleh pengawas penjaga kampus untuk untuk membangunkan santri  untuk bersiap-siap ke Masjid  untukmelaksanakan sholat lail sekaligus menjalankan sholat fardhu subuh secara berjamaah.

Alhamdulillah suasana kembali ramai setelah semua para santri bangun untuk menjalankan aktifitas kami sehari-hari  walau waktu masih subuh menunjukkan pukul 3.30 waktu dikampus ini, sejenak rasa merinding itu hilang tak ada lagi rasa takut yang kurasakan, namun sekali lagi aku hanya terus terngiang dengan kejadian yang barusah tadi, terima kasih Ya Allah  engkau memberikan mimpiku indah malam ini, walau sedikit terasa sesak karena akibat ketindisan tidur tadi, namun aku bahagia bisa melihat lafadz bertuliskan Muhammad dalam tidurku malam ini.

Rutinitas kami sebagai santri telah aku jalani sepenuhnya, bukan hanya ibadah namun pendidikan non formalpun wajib kami pelajari di kelas sekolah, hingga tak terasa hampir satu semester sudah aku berada di lingkungan kampus santri ini.
Seperti biasa kami diperbolehkan pulang berlibur kerumah tiap hari kamis usai proses belajar dalam 2 minggu sekali, sebagai sekolah Islam kami diliburkan pada tiap hari Jum’at jadi kami mempunyai kesempatan untuk berkumpul bersama sanak keluarga dalam sebulan 2 kali.

Ada suasana suka bila ada kesempatan berlibur tiba,  berbekal tas punggung dan beberapa helai pakaian, aku dan sahabat lainnya yang mendapat jatah libur biasanya pulang barengan, sambil menunggu dokar delman yang di daerah setempat disebut Bendi, kami memakai jasa kendaraan tersebut meninggalkan kampus kami menuju pasar kota dan disitu kami turun melanjutkan perjalanan ke rumah sanak keluarga dengan menggunakan angkot mobil.

Mempunyai waktu hanya sehari kami gunakan waktu singkat itu untuk bisa bercengkrama bersama keluarga, walau hanya berkumpul bersama paman dan nenek tercinta, namun aku merasakan kasih saying yang sangat dari mereka, sejujurnya ingin sekali berkumpul bersama orang tua kandungku beserta adik-adikku yang kusanyangi, namun apa daya mereka semua jauh berada di kota Papua yang masa itu masih disebut dengan nama Irian Jaya.

Suatu waktu dirumah paman, aku mendapatkan anugerah yang terindah dari Allah SWT, seperti biasa di jum’at malam pada waktu itu, aku berbaring di sebuah kamar yang biasa disiapkan pamanku bila aku pulang berlibur, tepat di sepertiga malam aku terbangun dan mengambil wudhu untuk menjalankan ibadah sholat sunnait lail yang sudah menjadi kebiasaanku pada waktu itu.

Beralaskan Sujadah walau sedikit masih merasakan khantuk aku berusaha dengan khusuk untuk menjalankan sholat tahajud malam itu, hingga duduk ditkhaiyat akhir usai mengucapkan salam, aku melanjutkan berdzikir serta memanjatkan do’a kepada Allah untuk bisa berjumpa melihat wajah Rasulku walau lewat mimpi. Hingga doa kupanjatkan dengan 100 x hitungan bilangan tasbih, entah mengapa aku seperti tak kuasa lagi menahan kantukku sehingga tidak sadar aku sujud dan membujurkan tubuhku hingga aku tertidur karena tak tahan lagi menguasai diriku
Dengan lelap serta dikeheningan malam itu, aku percaya bahwa Allah menciptkan kuasanya untuk membuatku ngantuk hingga tertidur diatas sujadah yang ku tempati tadi, dalam tidurku Aku melihat diriku berada di rumah kediamanku di kota Jayapura, aku seperti kembali bersama keluargaku di rumah bersama orang tua dan adik-adikku.
Dalam mimpi tersebut kali ini suasananya berbeda, di rumah tempat aku dilahirkan tersebut sudah menjadi kebiasaanku waktu itu walau aku masih berumur masih duduk dibangku SD kelas 5, namun aku sudah terbiasa bangun subuh untuk menjalankan sholat Berjamaah di Masjid yang berjarak sekitar 30 meter dari rumahku.

Sang Ibu biasa mengkuatirkan diriku pada waktu itu, masih teringat pesanya ia berkata bahwa hati-hati ya nak, kamu masih kecil nanti kenapa-kenapa dijalan ada penculik atau orang mabuk, ibu kuatirkan kamu ada apa-apa bila jalan pergi ke Masjid sendirian.
Aku terkadang hanya tersenyum mendengar nasehat ibu, dengan sikap polos aku pernah mengajukan permohonan kepada ibuku, bu bisakah engkau membelikanku senter kecil, memang kenapa nak dengan senter jawab ibuku agak keheranan, tidak bu biasa diperempatan jalan itu aku merasa merinding jalan sendirian bila ke Masjid pada subuh hari, apalagi pulang sholat Isya aku biasa berlari melewat tempat itu karena disitu gelapnya minta ampun, ungkapku kepada ibuku.
Ibu hanya tersenyum,  usai menyampaiakan hajatku itu rupanya ibu karena sangking cintanya kepadaku pada sore harinya sebelum memasuki ba’da magrib sebelum aku berangkat ke Masjid dia sudah menghadiahi aku sebuah senter kecil yang sejak dari itu sudah menjadi teman perjalananku bila ingin menuju atau pulang dari Masjid.
Kembali kekisah mimpiku tadi bahwa didalam mimpi tersebut, aku melihat diriku pulang dari Masjid usai sholat subuh dan memandangi bukit yang berada di depan rumahku.
Lama aku memandangi bukit itu, entah mengapa dalam diamku tubuh ini seakan tidak bisa kugerakkan dan hanya bisa bisu berdiri memandangi bukit tersebut.
Dalam pandangan kosong tersebut tiba-tiba aku melihat ada tiga sosok muncul keluar dari awan berwarna biru bersih  tepatnya diatas bukit yang kubandangi tersebut.
Tiga sosok itu berhenti diatas bukit tersebut, namun tubuhnya sangat jelas kulihat seperti berada tepat berada di depan mataku.

Ketiga sosok tersebut berdiri ditengah-tengah seorang rupawan yang begitu bersahaja, tubuh yang tegap serta rupa yang putih bersih dengan wajah yang bercahaya ia mengenakan jubah putih, ia tampak tersenyum  dan ia menolehkan wajahnya ke kanan dan kekiri memandangai wajah dua sosok yang mengawalnya dari langit, dari dua sosok tersebut tampak olehku mengenakan sayap dengan warna sedikit agak keabu-aban bercampur cahaya putih.

Dari pandangan sosok yang berjubah putih tadi menolehkan arahnya kekanan dan menanyakan kepada sosok yang mahluk yang menyerupai manusia bersayap tadi.
Masih terngiang ucapan sang wajah rupawan serta wajah yang bercahaya tersebut tersenyum sambil menunjukkan telunjukknya kearahku dengan ucapan..”Apakah dia yang disebut Hamba ALLAH..”  usai mengucapkan itu lalu terlihat olehku kedua mahluk yang mengapit orang yang ditengah tersebut menganggukkan wajahnya seakan mengisyarakatkan bahwa sungguh benar apa yang diucapkan sosok wajah yang bercahaya  yang ditengah tersebut.
Usai mengucapkan kata tersebut, lalu kumelihat ketiga sosok tersebut, naik kembali keatas langit, mengecil dan akhirnya hilang di telan oleh awan biru oleh pandanganku.
Dalam mimpi tersebut aku berusaha bergerak untuk bisa berjalan karena terasa semua badanku ini seperti tak mampu kugerakkan, belum lagi itu bisa kulakukan tiba-tiba muncul sebua kakek tua laki-laki tua renta dengan setengah berpakaian putih seperti pakaian ihram, lalu menegurku dan mencoba berbincang denganku.

Masih kuingat ucapanya kepadaku ia berkata...Hai nak taukah kamu siapa yang kamu baru lihat tadi diatas langit itu...Ia adalah junjunganmu baginda besar Muhammad SAW.
Belum lagi sempat kubalas ucapannya, tiba-tiba sosok kakek tua itu hilang dari pandanganku dan akhirnya bisa kugerakkan tubuhku dan merasa bingung apa yang baru saja kualami tadi.
Sebelum aku sadar terbangun dari tidurku, dari balik tabir kumendengar sebuah panggilan azan  yang begitu merdu mengalun ditelingaku... kalimat Allahu Akbar..Allahu Akbar itu seakan mengagetkanku sekaligus membangunkan aku dari tidurku yang ternyata sedari tadi aku terbujur diatas sujadah yang kutempati Sholat Tahajud.
Dan akhirnya akupun sadar terbangun dari tidurku...Subhanallah..belum sampai disitu disaat mata ini kubuka  aku disambut dengan Suara Azan dari seorang Muadzin dari Masjid yaitu sekitar berjarak 50 meter dari rumah paman, dengan demikian aku terbangun tepat menunjukkan waktu Sholat subuh telah tiba.

Aku bersegarakan diriku untuk bagun dari sajadahku...yang kujadikan alas dari tidurku, dan keluar rumah menuju Masjid yang tidak jauh dari rumah pamanku....serasa tubuh ini terasa ringan, angin subuh yang menusuk kedalam sukma terasa menjadi kekuatan dalam hidupku, untuk selalu bersyukur apa yang barusan saja tadi Allah perlihatkanku dari mimpi tersebut.

Sambil berjalan menuju ke Masjid kupandangi awan disubuh itu serasa bintang-bintang memenuhi langit menyinari jalan yang kulewati menemani langkahku menuju Masjid.
Sesampaiku di Masjid kuberwudhu dengan air yang begitu lembut kurasakan masuk kepori-pori kulitku, Ya Allah begitu besar rahmat dan kasih sayangMu yang engkau berikan kepada hamba, Engkau telah mengabulkan apa yang menjadi permohonan hamba selama ini, dan di masjid ini sebagai tempatku bersujud saat ini, izinkan hamba untuk selalu bersujud dengan linangan air mata hamba dengan penuh kesyukuran karena Engkau mempertemukanku dengan Junjunganku Rasulullah Muhammad SAW, lewat hidayah mimpi yang engkau berikan pada hamba.

Ya Allah sesungguhnya kami ini hanya seorang manusia lemah yang mengharapkan ridho dan kasih sayangMu, tiada daya dan upaya selain kekuasaanMu ya Allah, 
“Ya Allah! Aku mengharapkan rahmatMu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”  

Ya Allah sumber pancaran nur, Ya Allah Tuhan yang mengatur semua perkara, semoga Engkau sampaikan daripadaku salam dan tahiyat kepada Ruh Nabi Muhammad SAW. dan ruh keluarga Nabi Muhammad SAW.

“Ya Allah, Anugerahkan kepadaku jiwa yang takwa dan bersih, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang membersihkan jiwa dan Engkaulah yang membimbingnya.
“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu segala kebaikan yang dimohon oleh nabi-Mu, Muhammad. Kami berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang nabi-Mu, Muhammad, memohon perlindungan darinya. Engkaulah yang Maha Menolong, bagi-Mu sampainya (harapan). Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah.  

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”.



Majene, 1991




0 komentar :

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "